Monday, September 2, 2013

Kisah Rekayasawan Indonesia Yang Mendunia Prof. Dr. Ir. Sedyatmo


            Prof.  Dr. Ir. Sedyatmo adalah seorang insinyur hebat dari Indonesia. Beliau lahir di Karanganyar, Jawa Tengah pada tahun 1909. Pak Sedyatmo pernah menempuh pendidikan di Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS) atau yang kita kenal sekarang sebagai Institut Teknologi Bandung (ITB). Hingga lulus tahun 1934 dari THS beliau melanjutkan bekerja sebagai insinyur perencanaan di berbagai instansi Pemerintah. Awalnya beliau diberi nama R.M. Sarwanto, tetapi karena mederita sakit yang tidak kunjung sembuh, sesuai kebiasaan masyarakat Jawa, orang tuanya memberinya nama baru yaitu Sedyatmo. Sedyatmo mempunyai arti sebagai anak yang kelak akan menjadi anak yang baik dan berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negaranya. Sejak kecil beliau adalah anak yang kreatif dengan menciptakan penemuan-penemuan kecilnya seperti membuat benang gelasan yang berbobot, bahkan hingga menciptakan “pabrik” dari kotoran kerbau yang menjadi bahan permainannya bersama anak-anak desa sehari-hari.
            Pak Sedyatmo merupakan orang yang sangat kritis dan berani, di masa sekolahnya beliau pernah menentang pendapat gurunya bahwa bumi ini bulat seperti bola. Namun setelah guru tersebut mencoba menjelaskan sejelas-jelasnya beliau mengakui kesalahan pemikirannya. Kemudian berkat dukungan dari guru di sekolahnya, Pak Sedyatmo dapat melanjutkan kuliah di THS dengan beasiswa. Dengan jaminan dari gurunya bahwa beliau mampu mengikuti perkuliahan disana pada rektor THS. Walaupun saat itu nilai rata-rata tes yang didapatnya tidak tinggi.
            Keterbukaannya kepada pendidik mengembangkan beliau menjadi orang yang kreatif. Pengalaman beliau ketika menanyakan fungsi teori bilangan khayal kepada dosennya yang kemudian dijawab dosennya dengan jujur bahwa dosennya tidak dapat menjawab pertanyannya, namun jika tidak memahami benar mengenai teori bilangan khayal maka ia tidak akan menjadi insinyur yang baik. Jawaban tersebut membuat beliau berpikir lebih dalam dan akhirnya mengakui kekuatan imajinasi sebagai salah satu pilar kesuksesan dalam penemuan baru. Pengagum tokoh pewayangan Bima dan Gatotkaca ini juga mengoptimalkan istilah “aji-aji pancasona” atau senjata lima serangkai yang sudah diberikan Tuhan kepada manusia yaitu imajinasi, intelektual, intuisi, inspirasi, serta insting yang bekerja diluar kesadaran manusia.
            Karya pertama dari Pak Sedyatmo adalah jembatan air Wiroko yang selesai dibangun pada tahun 1937. Berkat dukungan penuh dari Mangkunegoro VII, maka tentangan dari Belanda, bahkan dari almamaternya sendiri (THS) tidak menjadi batu sandungan baginya. Karya pertama tersebut membangun kepercayaan dirinya sebagai seorang insinyur sehingga menjadi pembuka jalan bagi karya-karya berikutnya.
            Karya istimewa Pak Sedyatmo adalah Pondasi Cakar Ayam yang diperjuangkannya setelah harus pensiun di usia 55 tahun, pada tahun 1964. Pondasi Cakar Ayam terinspirasi dari akar pohon kelapa. Saat itu ditahun 1962 beliau sedang berlibur bersama keluarganya di pantai Celincing, hingga kemudian terpikir hal tersebut. Jika kita lihat dari cara penemuannya, penemuan tersebut hasil dari instuisinya dan pengamatan terhadap alam semesta.
Sistem pondasi cakar ayam sangat sederhana, hingga cocok sekali untuk diterapkan di daerah dimana peralatan modern dan tenaga ahli sukar didapat. Pondasi Cakar Ayam terdiri dari plat dan beton dengan ketebalan 10-15cm, tergantung dari jenis konstruksi dan keadaan tanah dibawahnya. Di bawah plat beton dibuat sumuran pipa-pipa dengan jarak sumbu antara 2-3m. Diameter pipa 1,20 m, tebal 8 cm, dan panjangnya tergantung dari beban di atas plat serta kondisi tanahnya. Untuk pipa digunakan tulangan tunggal, sedangkan untuk plat digunakan tulangan ganda. Sampai batas-batas tertentu, sistem ini dapat menggantikan pondasi tiang pancang 12 meter.
            Dalam memperjuangkan temuannya, setelah pensiun beliau bergabung dalam Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik hingga tahun 1976. Perjuangan untuk menggunakan pondasi cakar ayam berhasil dalam proyeknya di Cengkareng yaitu jalan tol menuju Bandara Soekarno-Hatta yang berawa-rawa. Kemudian beberapa proyek yang lain juga diterapkan rancangan Pondasi Cakar Ayam seperti dalam pembuatan apron Pelabuhan Udara Angkatan Laut Juanda, Surabaya lalu Landasan Polonia, Medan, dan Landasan Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.  Yang kemudian membawa pengakuan dunia terhadap rancangannya hingga akhirnya dipatenkan dan dipakai diluar negeri. Bukan perjuangan yang singkat untuk mewujudkan rancangan Pondasi Cakar Ayam.
            Pondasi Cakar Ayam memiliki hak paten dari 10 negara. Selain itu beliau juga memiliki hak paten atas pipa pesat sistem Indonesia yang dipatenkan di lima negara asing. Sehingga banyak orang asing yang melamar hasil temuan cakar ayamnya. Namun Pak Sedyatmo menunjukkan bagaimana menjadi seorang nasionalis. Di saat dukungan dari bangsa sendiri belum diperoleh. Beliau tetap bertahan pada idealismenya untuk mempersembahkan penemuannya bagi Bangsa Indonesia. Memang pantas beliau mendapatkan Bintang Mahaputra Indonesia kelas I serta Lencana Pengabdian kepada Pendidikan dan Kebudayaan. Bukan hanya pemerintah Indonesia yang memberinya penghargaan, bahkan pemerintah Perancis juga memberinya penghargaan Chevalier de la Legion d’Honneur karena keberhasilannya memimpin pelaksanaan pembangunan bendungan Jatiluhur. Tidak lupa bahwa ide awal dari jembatan penghubung Surabaya dan Madura (Suramadu) merupakan hasil mimpi Sedyatmo akan jembatan bahari Ontoseno.
            Tidak hanya itu, pada Lustrum  ketiga (Dies Natalis ke-15) Institut Teknologi Bandung tanggal 2 Maret 1974 Pak Sedyatmo menerima penghormatan berupa Docto Honoris Causa dalam ilmu pengetahuan Teknik dari Senat ITB, atas dasar penilaian terhadap jasa-jasanya sebagai insinyur, dengan promotor Prof. Ir. Soetedjo.
            Untuk mengabadikan jasa-jasanya nama Sedyatmo kemudian dijadikan sebagai nama jalan bebas hambatan menuju bandara Soekarno-Hatta. Profesor Sedyatmo meninggal dunia di usia 75 tahun pada 1984 dan dimakamkan di Karanganyar.
            Dari kisah Pak Sedyatmo rekayasawan asal Indonesia yang berhasil membuat inovasi baru yang diakui dunia internasional. Menurut saya hal ini sangat luar biasa karena tidak biasanya orang Indonesia dapat menyumbangkan rekayasawan yang mendunia. Kebanyakan inovasi-inovasi yang kita dapatkan atau kita nikmati penggunaanya di zaman ini adalah karya dari rekayasawan asing. Dengan inovasinya dalam dunia sipil yang digunakan di dunia patut kita banggakan dan tidak hanya itu kita juga patut meniru kerja kerasnya dan kreativitasnya untuk menjadi rekayasawan yang karyanya digunakan di dunia. Walaupun kini mungkin temuan baru lainnya yang lebih canggih sudah hadir, tetapi tetap saja nama Sedyatmo sebagai rekayasawan pada zamannya sudah tercatat oleh sejarah.
            Selain itu yang saya tanggapi dari rekayasawan Pak Sedyatmo adalah seorang inovator, yang artinya adalah seorang yang memperkenalkan sebuah gagasan atau metode yang baru, ternyata tidak selalu harus lahir dari anak-anak dengan pencapaian akademis tinggi. Yang penting adalah kemampuan sang pendidik untuk mengenali kemampuan anak didiknya dan memberinya kesempatan. Seorang anak bangsa juga bisa mengharumkan nama bangsa di bidang teknologi jika didukung oleh negaranya.
            Ada pula pesan dari Pak Sedyatmo untuk inovator di masa depan untuk selalu memanfaatkan “aji-aji pancasona” atau senjata lima serangkai yang sudah diberikan Tuhan kepada manusia yaitu imajinasi, intelektual, intuisi, inspirasi, serta insting yang bekerja di luar kesadaran manusia. Hal ini sudah dibuktikan oleh karyanya yang kita ketahui bahwa awal mula ide konstruksi cakar ayam adalah ketika beliau memperhatikan alam sekitar, dengan aji-aji pancasona ia memperhatikan akar-akar dari pohon kelapa yang membuatnya mempunyai ide konstruksi cakar ayam.
Hal ini juga mengartikan bahwa seorang rekayasawan juga harus kritis, kreatif, dan konstruktif. Karena ketika seorang rekayasawan kritis maka ia akan memperhatikan suatu hal tidak hanya dari satu sisi yang menonjol atau terlihat seperti pohon kelapa yang kita lihat hanya sebagai tumbuhan yang buahnya dapat kita minum. Tetapi juga kita memperhatikan bagaimana pohon kelapa tersebut dapat berdiri tegak dengan akar-akarnya. Lalu Kreatif dengan kita mengetahui bahwa pohon kelapa tersebut dapat berdiri tegak dengan akar-akarnya maka kita juga dapat membuat gedung yang berdiri tega dengan akar yang kuat atau pondasi yang seperti akar atau cakar ayam. Kemudian konstruktif bagamana kemudian kita menjadikan hal tersebut menjadi sebuah inovasi yang cemerlang dengan memperhitungkan hal-hal lainnya mengenai ide tersebut. Juga bagaimana cara menyampaikan ide tersebut pada orang lain hingga dapat digunakan secara mendunia.
Selain itu juga beliau bersikap nasionalis dengan mempersembahkan inovasinya untuk membangunnya di Indonesia dengan menolak lamaran kerja dari dunia. Yang kemudian dapat kita nikmati kini, karya-karya hasil dari inovasinya ia bangun semua di Indonesia. Dari mulai konstruksi landasan bandara hingga bendungan Jatiluhur yang terkenal.
Hal menonjol lainnya dari Pak Sedyatmo adalah kesabarannya dan kepasrahannya kepada kehendak Yang Maha Kuasa. Kepasrahan itu tidak bersifat pasif melainkan dengan aktif dia mencari peluang, walaupun tetap bersabar untuk menuai hasil sesuai yang diharapkannya dalam waktu yang diberikan Tuhan. Teknologi bagi Pak Sedyatmo adalah alat untuk mempermudah manusia dan untuk membantu manusia menikmati alam yang diberikan Yang Maha Kuasa. Dibalik menciptakan teknologi yang hemat biaya dan hemat waktu Pak Sedyatmo juga berusaha agar karyanya dapat memberikan pekerjaan kepada rakyat banyak. Dari semua kisah rekayasawan Pak Sedyatmo mungkin sang inovator berharap agar bangsa Indonesia bisa menghasilkan lebih banyak lagi pembaharu dan pencipta yang mampu berdiri tegak sejajar dengan penemu lain dihadapan semua bangsa dimuka bumi.

Referensi         :