Prof. Dr. Ir. Sedyatmo adalah seorang insinyur hebat dari Indonesia. Beliau lahir di Karanganyar, Jawa Tengah pada tahun 1909. Pak Sedyatmo pernah menempuh pendidikan di Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS) atau yang kita kenal sekarang sebagai Institut Teknologi Bandung (ITB). Hingga lulus tahun 1934 dari THS beliau melanjutkan bekerja sebagai insinyur perencanaan di berbagai instansi Pemerintah. Awalnya beliau diberi nama R.M. Sarwanto, tetapi karena mederita sakit yang tidak kunjung sembuh, sesuai kebiasaan masyarakat Jawa, orang tuanya memberinya nama baru yaitu Sedyatmo. Sedyatmo mempunyai arti sebagai anak yang kelak akan menjadi anak yang baik dan berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negaranya. Sejak kecil beliau adalah anak yang kreatif dengan menciptakan penemuan-penemuan kecilnya seperti membuat benang gelasan yang berbobot, bahkan hingga menciptakan “pabrik” dari kotoran kerbau yang menjadi bahan permainannya bersama anak-anak desa sehari-hari.
Pak
Sedyatmo merupakan orang yang sangat kritis dan berani, di masa sekolahnya
beliau pernah menentang pendapat gurunya bahwa bumi ini bulat seperti bola.
Namun setelah guru tersebut mencoba menjelaskan sejelas-jelasnya beliau
mengakui kesalahan pemikirannya. Kemudian berkat dukungan dari guru di
sekolahnya, Pak Sedyatmo dapat melanjutkan kuliah di THS dengan beasiswa.
Dengan jaminan dari gurunya bahwa beliau mampu mengikuti perkuliahan disana
pada rektor THS. Walaupun saat itu nilai rata-rata tes yang didapatnya tidak
tinggi.
Keterbukaannya
kepada pendidik mengembangkan beliau menjadi orang yang kreatif. Pengalaman
beliau ketika menanyakan fungsi teori bilangan khayal kepada dosennya yang
kemudian dijawab dosennya dengan jujur bahwa dosennya tidak dapat menjawab
pertanyannya, namun jika tidak memahami benar mengenai teori bilangan khayal
maka ia tidak akan menjadi insinyur yang baik. Jawaban tersebut membuat beliau
berpikir lebih dalam dan akhirnya mengakui kekuatan imajinasi sebagai salah
satu pilar kesuksesan dalam penemuan baru. Pengagum tokoh pewayangan Bima dan
Gatotkaca ini juga mengoptimalkan istilah “aji-aji pancasona” atau senjata lima
serangkai yang sudah diberikan Tuhan kepada manusia yaitu imajinasi,
intelektual, intuisi, inspirasi, serta insting yang bekerja diluar kesadaran
manusia.
Karya
pertama dari Pak Sedyatmo adalah jembatan air Wiroko yang selesai dibangun pada
tahun 1937. Berkat dukungan penuh dari Mangkunegoro VII, maka tentangan dari
Belanda, bahkan dari almamaternya sendiri (THS) tidak menjadi batu sandungan
baginya. Karya pertama tersebut membangun kepercayaan dirinya sebagai seorang
insinyur sehingga menjadi pembuka jalan bagi karya-karya berikutnya.
Karya
istimewa Pak Sedyatmo adalah Pondasi
Cakar Ayam yang diperjuangkannya setelah harus pensiun di usia 55 tahun,
pada tahun 1964. Pondasi Cakar Ayam terinspirasi
dari akar pohon kelapa. Saat itu ditahun 1962 beliau sedang berlibur bersama
keluarganya di pantai Celincing, hingga kemudian terpikir hal tersebut. Jika
kita lihat dari cara penemuannya, penemuan tersebut hasil dari instuisinya dan
pengamatan terhadap alam semesta.
Sistem pondasi cakar ayam
sangat sederhana, hingga cocok sekali untuk diterapkan di daerah dimana
peralatan modern dan tenaga ahli sukar didapat. Pondasi Cakar Ayam terdiri dari
plat dan beton dengan ketebalan 10-15cm, tergantung dari jenis konstruksi dan
keadaan tanah dibawahnya. Di bawah plat beton dibuat sumuran pipa-pipa dengan
jarak sumbu antara 2-3m. Diameter pipa 1,20 m, tebal 8 cm, dan panjangnya tergantung
dari beban di atas plat serta kondisi tanahnya. Untuk pipa digunakan tulangan
tunggal, sedangkan untuk plat digunakan tulangan ganda. Sampai batas-batas
tertentu, sistem ini dapat menggantikan pondasi tiang pancang 12 meter.
Dalam
memperjuangkan temuannya, setelah pensiun beliau bergabung dalam Departemen
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik hingga tahun 1976. Perjuangan untuk
menggunakan pondasi cakar ayam berhasil dalam proyeknya di Cengkareng yaitu
jalan tol menuju Bandara Soekarno-Hatta yang berawa-rawa. Kemudian beberapa
proyek yang lain juga diterapkan rancangan Pondasi
Cakar Ayam seperti dalam pembuatan apron Pelabuhan Udara Angkatan Laut
Juanda, Surabaya lalu Landasan Polonia, Medan, dan Landasan Bandara
Soekarno-Hatta, Jakarta. Yang kemudian membawa
pengakuan dunia terhadap rancangannya hingga akhirnya dipatenkan dan dipakai
diluar negeri. Bukan perjuangan yang singkat untuk mewujudkan rancangan Pondasi Cakar Ayam.
Pondasi Cakar Ayam memiliki hak paten dari 10 negara.
Selain itu beliau juga memiliki hak paten atas pipa pesat sistem Indonesia yang
dipatenkan di lima negara asing. Sehingga banyak orang asing yang melamar hasil
temuan cakar ayamnya. Namun Pak Sedyatmo menunjukkan bagaimana menjadi seorang
nasionalis. Di saat dukungan dari bangsa sendiri belum diperoleh. Beliau tetap
bertahan pada idealismenya untuk mempersembahkan penemuannya bagi Bangsa
Indonesia. Memang pantas beliau mendapatkan Bintang Mahaputra Indonesia kelas I
serta Lencana Pengabdian kepada Pendidikan dan Kebudayaan. Bukan hanya
pemerintah Indonesia yang memberinya penghargaan, bahkan pemerintah Perancis
juga memberinya penghargaan Chevalier de
la Legion d’Honneur karena keberhasilannya memimpin pelaksanaan pembangunan
bendungan Jatiluhur. Tidak lupa bahwa ide awal dari jembatan penghubung
Surabaya dan Madura (Suramadu) merupakan hasil mimpi Sedyatmo akan jembatan
bahari Ontoseno.
Tidak
hanya itu, pada Lustrum ketiga (Dies
Natalis ke-15) Institut Teknologi Bandung tanggal 2 Maret 1974 Pak Sedyatmo
menerima penghormatan berupa Docto Honoris Causa dalam ilmu pengetahuan Teknik
dari Senat ITB, atas dasar penilaian terhadap jasa-jasanya sebagai insinyur,
dengan promotor Prof. Ir. Soetedjo.
Untuk
mengabadikan jasa-jasanya nama Sedyatmo kemudian dijadikan sebagai nama jalan
bebas hambatan menuju bandara Soekarno-Hatta. Profesor Sedyatmo meninggal dunia
di usia 75 tahun pada 1984 dan dimakamkan di Karanganyar.
Dari
kisah Pak Sedyatmo rekayasawan asal Indonesia yang berhasil membuat inovasi
baru yang diakui dunia internasional. Menurut saya hal ini sangat luar biasa
karena tidak biasanya orang Indonesia dapat menyumbangkan rekayasawan yang
mendunia. Kebanyakan inovasi-inovasi yang kita dapatkan atau kita nikmati
penggunaanya di zaman ini adalah karya dari rekayasawan asing. Dengan inovasinya
dalam dunia sipil yang digunakan di dunia patut kita banggakan dan tidak hanya
itu kita juga patut meniru kerja kerasnya dan kreativitasnya untuk menjadi
rekayasawan yang karyanya digunakan di dunia. Walaupun kini mungkin temuan baru
lainnya yang lebih canggih sudah hadir, tetapi tetap saja nama Sedyatmo sebagai
rekayasawan pada zamannya sudah tercatat oleh sejarah.
Selain
itu yang saya tanggapi dari rekayasawan Pak Sedyatmo adalah seorang inovator,
yang artinya adalah seorang yang memperkenalkan sebuah gagasan atau metode yang
baru, ternyata tidak selalu harus lahir dari anak-anak dengan pencapaian
akademis tinggi. Yang penting adalah kemampuan sang pendidik untuk mengenali
kemampuan anak didiknya dan memberinya kesempatan. Seorang anak bangsa juga
bisa mengharumkan nama bangsa di bidang teknologi jika didukung oleh negaranya.
Ada
pula pesan dari Pak Sedyatmo untuk inovator di masa depan untuk selalu
memanfaatkan “aji-aji pancasona” atau senjata lima serangkai yang sudah
diberikan Tuhan kepada manusia yaitu imajinasi, intelektual, intuisi,
inspirasi, serta insting yang bekerja di luar kesadaran manusia. Hal ini sudah
dibuktikan oleh karyanya yang kita ketahui bahwa awal mula ide konstruksi cakar
ayam adalah ketika beliau memperhatikan alam sekitar, dengan aji-aji pancasona
ia memperhatikan akar-akar dari pohon kelapa yang membuatnya mempunyai ide
konstruksi cakar ayam.
Hal ini juga mengartikan
bahwa seorang rekayasawan juga harus kritis, kreatif, dan konstruktif. Karena
ketika seorang rekayasawan kritis maka ia akan memperhatikan suatu hal tidak
hanya dari satu sisi yang menonjol atau terlihat seperti pohon kelapa yang kita
lihat hanya sebagai tumbuhan yang buahnya dapat kita minum. Tetapi juga kita
memperhatikan bagaimana pohon kelapa tersebut dapat berdiri tegak dengan
akar-akarnya. Lalu Kreatif dengan kita mengetahui bahwa pohon kelapa tersebut
dapat berdiri tegak dengan akar-akarnya maka kita juga dapat membuat gedung
yang berdiri tega dengan akar yang kuat atau pondasi yang seperti akar atau cakar
ayam. Kemudian konstruktif bagamana kemudian kita menjadikan hal tersebut
menjadi sebuah inovasi yang cemerlang dengan memperhitungkan hal-hal lainnya
mengenai ide tersebut. Juga bagaimana cara menyampaikan ide tersebut pada orang
lain hingga dapat digunakan secara mendunia.
Selain itu juga beliau
bersikap nasionalis dengan mempersembahkan inovasinya untuk membangunnya di
Indonesia dengan menolak lamaran kerja dari dunia. Yang kemudian dapat kita
nikmati kini, karya-karya hasil dari inovasinya ia bangun semua di Indonesia.
Dari mulai konstruksi landasan bandara hingga bendungan Jatiluhur yang
terkenal.
Hal menonjol lainnya dari
Pak Sedyatmo adalah kesabarannya dan kepasrahannya kepada kehendak Yang Maha
Kuasa. Kepasrahan itu tidak bersifat pasif melainkan dengan aktif dia mencari
peluang, walaupun tetap bersabar untuk menuai hasil sesuai yang diharapkannya
dalam waktu yang diberikan Tuhan. Teknologi bagi Pak Sedyatmo adalah alat untuk
mempermudah manusia dan untuk membantu manusia menikmati alam yang diberikan
Yang Maha Kuasa. Dibalik menciptakan teknologi yang hemat biaya dan hemat waktu
Pak Sedyatmo juga berusaha agar karyanya dapat memberikan pekerjaan kepada
rakyat banyak. Dari semua kisah rekayasawan Pak Sedyatmo mungkin sang inovator
berharap agar bangsa Indonesia bisa menghasilkan lebih banyak lagi pembaharu
dan pencipta yang mampu berdiri tegak sejajar dengan penemu lain dihadapan
semua bangsa dimuka bumi.
Referensi :